Aku
berumur tiga belas tahun ketika peristiwa itu terjadi. Kamis, 13 Februari 1992
sekitar jam delapan pagi. Ratusan orang petugas keamanan dan ketertiban
(kamtib) di bawah komanto Bakorstanas serta tukang gergaji dan tukang pukul
bergerombol membentuk barikade. Pasukan dari empat angkatan malah membawa
pentung dan tameng. Rapi, berwibawa, tapi sangat menakutkan. Agenda mereka
hanya satu: penggusuran paksa penduduk Kampung Rawa, kampung yang kami tempati
sejak pertengahan 1980-an.